Teori-teori Konseling
5 Teori-teori Konseling
:
1.
Teori
Perilaku Rasional Emotif Behavior Therapy (RET): Penggagas ialah Albert Ellis pada tahun 1962. Teori
ini menolak pandangan aliran psikoaanalisis yang berpandangan bahwa peristiwa
dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. menurut
Ellis bukan pengalaman atau peristiwa eksternal menimbulkan emosional, akan
tetapi tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau
pengalaman itu.
Menurut Gerald Corey mengasumsikan bahwa Terapi
rasional emotif behavior itu adalah terapi yang menitikberatkan untuk berfikir,
menilai, memutuskan, menganalisis dan bertindak. Dia juga menegaskan bahwa
manusia itu memiliki sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi dirinya
dan bias mengubah ketentuan-ketentuan pribadi yang dihadapi dalam tatanan
masyarakat.
Konsep Dasar :
1.
Pemikiran manusia adalah penyebab dasar
gangguan emosional. Reaksi emosional yang sehat maupun tidak, bersumber dari
pemikiran itu.
2.
Manusia mempunyai potensi pemikiran
rasional dan irasional dan inteleknya manusia dapat terbebas dari gangguan
emosional.
3.
Pemikiran irrasional bersumber pada
disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
4.
Pemikiran dan emosi tak dapat dipisahkan
5.
Berpikir logis dan tidak logis dilakukan
dengan symbol-simbol bahasa.
6.
Pada diri manusia sering terjadi
self-Verbalization. Yaitu mengatakan sesuatu terus menerus kepada dirinya.
7.
Pemikiran tak logis –irrasional dapat
dikembalikan kepada pemikiran logis dan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak
logis itu merusak dan merendahkan diri melalui emosionalnya.
Tujuan RET :
Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara
berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional,
sehingga ia dapat mengembangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri yang
optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti :
benci, takut, rasa bersalah, cemas, was-was, marah ,sebagai akibat berpikir
irrasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan
hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai dan kemampian
diri.
Proses Terapi (konseling) :
1.
Konselor berusaha menunjukkan klien
kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional, dan
menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional dan mampu memisahkan
keyakinan irrasional dengan rasional.
2.
Setelah klien menyadari gangguan emosi
yang bersumber dari pemikiran irrasional, maka konselor menunjukkan pemikiran
klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi
rasional.
3.
Konselor berusaha agar klien
menghindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan
antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
4.
Proses terakhir konseling adalah
konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupannya
yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif.
2.
Teori Terapi Psikoanalisis (1856-1939)
:
Freud adalah seorang psikiater dari Austria,
berpendapat bahwa pemuasan kebutuhan pada manusia berdasarkan instingnya,
berfokus pada kebutuhan seksual dari dalam diri (libido seksual), kesenangan
dan fantasi-fantasi yang menyenangkan. Freud mengatakan bahwa kepribadian dasar
kita dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan manusia.
Suatu metode penyembuhan
yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. pendiri
psikoanalisis adalah Sigmund Freud, orang pertama yang mengemukaan konsep
ketidaksadaran dalam kepribadian. menurut Freud esensi pribadi
seseorang bukan terletak pada apa yang ia tampilkan secara
sadar, melainkan apa yang tersembunyi dalam ketidaksadaran
Konsep Dasar :
Pendekatan yang menganggap energi psikis
yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan
seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan. struktur kepribadian
menurut Freud :
1.
Id : Sistem kepribadian (naluri-naluri bawaan). Fungsi sebagai sistem penyedia atau penyalur
energi yang diperlukan ego dan super ego yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang dilakukannya. Selain itu juga untuk menghindarkan ketakenakan untuk
mendapatkan kenikmatan.
2.
Ego : Terbentuk pada
struktur kepribadian individu sebagai hasil dari hubungan dari luar. Ego mempunyai proses dan menjalankan proses
tersebut, perose tersebut ialah proses sekunder, yaitu usaha menemukan suatu
yang nyata, dimulai dengan merumuskan suatu rencana untuk pemuas kebutuhan dan
mengujinya dengan tindakan. Fungsi untuk memlihara kelangsungan hidup individu.
3.
Super Ego (hati nurani) : suatu sistem kepribadian yang mengan dung nilai-nilai
dan aturan yang digunakan untuk menilai suatu hal. yang menunjukkan suatu
kebenaran dan kesalahan. peran super ego sebagai sumber motivasi dan sebagai
penyebab timbulnya pertengan-pertentangan dalam diri.
Karakteristik Proses
Konseling :
1.
Proses konseling dipusatkan
pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa
kanak-kanak (pengalaman masa lampau), kemudian ditata, didiskusikan,
dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan merekonstruksi
kepribadian.
2.
Mengasosiasikan perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
3.
Konseling analitik – menekan
dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidaksadaran.
4.
Terapi atau analisis bersikap tidak dikenal (anonim) bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga demikian klien akan
memantulkan perasaan kepada konselor.
5.
Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan.
6.
Proses terapeutik (konteks pemahaman dan struktur kepribadian dan
psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah klien secara
sesungguhnya), konselor mengajarkan proses ini kepada klien, sehingga klien
mampu meperoleh tilikan mengenai masalahnya.
7.
Melakukan kegiatan asosiasi
bebas. Klien mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya.
Teknik konseling : Teknik untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan
intelektual ke dalam perilaku klien, dan memahami makna gejala-gejala yang
nampak.
Peran konseling :
a.
Membantu klien dalam mencapai kesadaran
diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani
kecemasan secara realistis.
b.
Membangun
hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan.
c.
Terapis
memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien.
Menurut
Freud komponen dalam diri manusia adalah id, ego, superego. Id adalah
dorongan kebutuhan dari dalam diri manusia baik itu kebutuhan emosional, fisik
maupun kebutuhan seksual yang sifatnya selalu ingin dipuaskan (“here and now”)
dan biasanya berhubungan dengan kesenangan yang harus dipenuhi dan sesegera
mungkin (pleasure principles). Contoh ; pada bayi yang baru lahir sangat
dikuasai oleh id, bayi menangis ketika lapar dan ingin segera dipenuhi
kebutuhan akan rasa laparnya tersebut tanpa mau tahu bagaimana ia akan
mendapatkan susunya. Ego adalah sang rasional, manusianya itu sendiri,
yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, memiliki ide-ide untuk
memenuhi kebutuhannya, memiliki prinsip-prinsip yang berdasarkan kenyataan
(reality principle) dimana manusia belajar untuk menahan id-nya dengan jalan
yang tepat dan memiliki pandangan yang lebih realistik untuk memenuhi kebutuhan
dari dalam dirinya. Superego adalah norma-norma yang berlaku, moral,
aturan-aturan yang berlaku, hal-hal yang ideal yang memiliki penjelasan tentang
hal-hal yang benar dan salah yang membantu sang ego untuk menahan sang id.
3.
Teori
Psikologi Individu (terapi adlerian) :
Pencipta
teori tersebut ialah alfred adler
Konsep Dasar :
Melihat kepribadian secara menyeluruh dan berfokus pada keunikannya. Inti
teorinya terdapat sebuah keyakinan kalau manusia memiliki dorongan bawaan untuk
mengatasi kelemahan yang disadarinya. Adler menekan pentingnya pengembangan
minat sosial klien untuk kemudian mendidik kembali mereka agar mampu hidup di
tengah-tengah masyarakat sebagai pribadi yang sanggup memberikan sesuatu bagi
masyarakat bukan cuma menerima dan menuntut.
Proses Konseling Adlerian :
a. Membangun
Relasi : Konselor menetapkan sebuah relasi dengan klien lewat interview yang
didalamnya klien dibantu merasa nyaman, diterima, dihargai, dan diperhatikan.
b. Mendiagnostik
: Tahap diagostic meliputi interview gaya hidu, prosedur asesmen formal yang
melihat hal-hal seperti konsteasi keluarga, persepsi orang tua, relokasi
tentang periode awal hidupnya, dan mimpi yang terus berulang.
c. Fase
Interpretasi : Konselor dan klie mengembangkan pemahaman dari interview gaya
hidupnya tentang kekeliruan dasar klien pada awal kehidupan dan menjin sikap
pikiran, emosi dan perilaku.
d. Tahap
Pengorientasikan : tahap palin kritis dimana terapis membantu koseling bergerak
dari pemahaman intelektual menuju perkembangan actual dan eksprsi sikap dan
perilaku yang lebih sehat. dititik ini dukungan konselor, penguat dan
pengarahan diupayakan secara aktiv untuk membuat sejumlah perubahan bagi cara
yang tidak sehat dalam berfikir, merasa dan berperilaku menjadi cara-cara yang
lebih memuaskan dan sehat bagi dirinya dan masyarakat.
4.
Teori
Person – Centered
Konsep : Teori
ini menurut Rogers, konstruk inti konseling berpusat pada klien adalah konsep
tentang diri dan konsep menjadi diri tau perwujudan diri. Teori kepribadian
Rogers yang disebut sebagai “the self theory” yaitu:
1.
Tiap individu berada di dalam dunia
pengalaman yang terus menerus berubah, dan dirinya menjadi pusat.
2.
Individu mereaksi terhadap lingkungannya
sesuai dengan apa yang dialami dan ditanggapinya.
3.
Individu memiliki satu kecendrungan atau
dorongan utama yang selalu diperjuangkannya, yaitu mengaktualisasikan,
mempertahankan, dan memperluas pengalamannya.
4.
Individu mereaksi terhadap gejala
kehidupan dengan cara keseluruhan yang teratur.
5.
Tingkah laku atau tindakan itu pada
dasarnya adalah suatu usaha mahluk hidup yang bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan yang dialami dan dirasakan.
6.
Emosi yang menyertai tindakan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, sesungguhnya merupakan suatu yang memperkuat
usaha individu mencari sesuatu ataupun memuaskan kebutuhannya untuk memelihara
dan mengembangkan dirinya.
7.
Cara yang terbaik untuk memahami tingkah
laku seseorang ialah dengan jalan memandang dari segi pandangan
individu-individu itu sendiri.
Tujuan Konseling : Mampu
menentukan pilihan sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan.
Proses Konseling : Menggunakan
sedikit teknik akan tetapi menekankan sikap konselor. Tehknik dasar adalah mencakup, mendengar, dan menyimak secara
aktif, refleksi, klariflkasi, “being here” bagi klien. Konseling berpusat pada
klien tidak menggunakan tes diagnostik, interpretasi, studi kasus, dan
kuesioner untuk memperoleh informasi. Tekhnik-tekhnik itu dilaksanakan dengan
jalan wawancara, terapi permainan, dan terapi kelompok, baik langsung atau
tidak langsung. Keberhasilan terapi tergantung kepada faktor-faktor tingkat
gangguan psikis, struktur biologis klien, lingkungan hidup klien, dan ikatan
emosional.
Kontribusi :
1.
Pemusatan pada klien dan bukan konselor
dalam konseling.
2.
Indentifikasi dan penekanan hubungan
konseling sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.
Lebih menekankan pada sikap konselor
daripada tehknik.
4.
Memberikan kemungkinan untuk melakukan
penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.
Penekanan emosi, perasaan, dan afektif
dalam konseling.
5.
Teori
Behavioral :
Riset dan publikasi penting pendekatan klasik dari
teori ini dilakukan oleh watson, Thordike dan teoritis awal lainnya, namun pada
B.F. Skinner pendekatan behavioral dikembangkan. Menurut teori behavioristik,
belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Dengan kata lain,belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.
Tujuan Konseling : Tujuan
konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respon-respon yang
lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih
sehat. Terapi ini berbeda dengan terapi lain, dan pendekatan ini ditandai:
1.
Fokusnya pada perilaku yang tampak dan
spesifik.
2.
Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan
treatmen (perlakuan).
3.
Formulasi prosedur treatment khusus
sesuai dengan masalah khusus.
4.
Penilaian objektif mengenai hasil
konseling.
Proses Konseling :
1.
Konselor harus memahami dan menerima
klien.
2.
Keduanya harus bekerja sama, klien harus
mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk
berubah..
3.
Konselor memberikan bantuan dalam arah
yang diinginkan klien
Teknik-teknik Konseling :
1.
Desensitas sistematik
Teknik ini dikembangkan
oleh wolpe yang mengatakan bahwa perilaku neurotic adalah ekspresi dari
kecemasan. Dan respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan
repons antagonik.
2.
Assertive training
Merupakan teknik dalam
konseling yang menitik beratkan pada kasus yang mengalami kesuliatan dalam
perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Sebagai contoh ingin marah,
tetapi tetap berepon manis.
3.
Aversion therapy
Teknik ini bertujuan
untuk menghukum perilaku yang negative dan memperkuat perilaku positif. Secara
sederhana anak yang suka marah dihukum dengan membiarkannya.
4.
Home work
yaitu latihan rumah
bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu.
Kesimpulan :
Konseling
memiliki banyak teori teori yang dapat diterapkan, salah kelimanya yaitu teori
diatas. Pemakaian teori konselig ini secara mutlak tidaklah keharusan melainkan
tergantung kepada permasalah yang dihadapi klien, masalah yang dihadapi klien
dapat ditangani dengan menggunakan teori pendekatan yang berbeda sesuai kondisi
termasuk pengaruh dari sosial budaya dari pada klien tersebut. Contohnya
masyarakat petani yang sama-sama memiliki masalah dalam usahataninya mereka
mungkin mempunyai faktor berbeda dalam masalahnya dan penanganannya pun harus
berbeda. Kelima teori tersebut yaitu teori RET atau Perilaku emotif rasional,
teori psikoaalisis, teori psikologi individu, teori behavior, dan teori client
centered, mempunyai tujuan, peran, teknik, dn konsep yang berbeda-beda,
tergantung dengan permasalahn maka konselor mampu memilih manakah teori yang
cocok untuk menangani masalah tersebut.
Sumber :
MA Subaidi. 2013. http://digilib.uinsby.ac.id/10656/5/BAB%20II.pdf
http://menzour.blogspot.co.id/2016/11/makalah-teori-teori-konseling.html?m=1